Category Meminta zin dan Adab. HR. Tirmidzi: 2659 – Ucapan “selamat datang, Marhaban”. yatnya tidak disebutkan Dari Mus’ab bin Sa’d dan hadis ini lebih shahih Abu Isa berkata Aku telah mendengar Muhammad bin Basyar berkata Musa bin Mas’ud lemah dalam hadis Muha HR. Tirmidzi: 2658 – Ucapan “selamat datang, Marhaban”.
Al-Arba’un an-Nawawiyah, Hadis ke-09 ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ، فَإِنَّمَا هَلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنِ الشَّيْءِ فَاجْتَنِبُوهُ، وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِالشَّيْءِ فَائْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ Biarkan aku apa yang aku biarkan kepada kalian. Sesungguhnya kebinasaan umat sebelum kalian adalah karena pertanyaan dan penyelisihan mereka kepada nabi-nabi mereka. Jadi, jika aku melarang sesuatu atas kalian maka tingggalkanlah dan jika aku memerintahkan sesuatu maka lakukanlah sesuai batas kemampuan kalian HR Ahmad, al-Bukhari, Muslim, al-Humaidi, Ibn Hibban, Abu Ya’la, dll Hadis ini dikeluarkan oleh al-Humaidi dari Sufyan. Imam Ahmad mengeluarkannya dari Yazid dari Muhammad bin Ishaq. Imam al-Bukhari mengeluarkannya dari Ismail bin Abi Uwais dari Malik. Imam Muslim mengeluarkannya dari Qutaibah bin Said dari al-Mughirah al-Hizami dan dari Ibn Abi Umar dari Sufyan. Abu Ya’la mengeluarkannya dari Wahab dari Khalid, dari Abdurrahman bin Abi Ishaq al-Madini. Ibn Hibban mengeluarkannya dari al-Fadhl bin al-Hubab al-Jumahi, dari Ibrahim bin Basyar dari Sufyan. Kelimanya Sufyan bin Uyainah, Muhammad bin Ishaq, Malik, al-Mughirah al-Hizami, Abdurrahman bin Ishaq al-Madini dari Abu az-Zinad, dari al-A’raj, dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shahr ad-Dawsi ra. Imam Muslim, an-Nasai, at-Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, Ibn Hibban, Ibn Khuzaimah dan lainnya juga mengeluarkan hadis tersebut dengan redaksi sedikit berbeda melalui beberapa jalur dari penuturan Abu Hurairah ra. Imam an-Nawawi memasukkan hadis ini dalam Al-Arba’ûn an-Nawawiyah hadis ke sembilan. Hadis ini termasuk bagian dari salah satu pokok ajaran agama, yang memberikan tuntunan sikap bagi seorang Muslim terhadap larangan dan perintah. Lafal dzarûnî … wa ikhtilâfihim alâ anbiyâihim meski redaksinya berita, maknanya adalah larangan menyelisihi nabi dan banyak bertanya. Menyelisihi nabi sudah diketahui oleh semua bahwa hukumnya adalah haram. Adapun bertanya maka qarinah yang ada menunjukkan larangan itu bermakna makruh dan itu pun hanya untuk jenis pertanyaan tertentu, bukan umum untuk semua pertanyaan. Sebab, Allah SWT justru memerintahkan untuk bertanya kepada ulama jika kita tidak tahu QS an-Nahl [16] 43; al-Anbiya’ [24] 7. Dalam beberapa hadis Rasul saw. juga memerintahkan untuk bertanya. Begitupun para Sahabat banyak bertanya kepada Rasul saw., beliau tidak melarangnya dan beliau pun menjawab pertanyaan mereka. Ringkasnya, pertanyaan itu ada dua jenis. Pertama pertanyaan yang dilarang. Di antaranya pertanyaan yang menimbulkan keraguan tasykîkiyah dalam akidah atau tentang kelayakan syariah. Juga pertanyaan tentang perkara yang berada di luar jangkauan akal manusia, seperti pertanyaan tentang ruh nyawa, tentang zat Allah, tentang zat/hal gaib, tentang jin, malaikat, dsb. Juga dilarang pertanyaan dalam rangka mendebat li al-jidâl, pertanyaan yang berputar-putar menyulitkan untuk membuat yang ditanya agar tampak bodoh as’ilah ta’annutiyah dan pertanyaan untuk mengejek atau memperolok istihzâ’. Begitu pula dilarang pertanyaan tentang detil suatu masalah secara berlebihan yang sebenarnya tidak perlu tanathu’i, seperti pertanyaan apakah haji diwajibkan setiap tahun, yang menjadi asbabul wurud hadis ini. Juga pertanyaan yang dibuat-buat takalluf atau pertanyaan yang mengada-ada; termasuk pertanyaan kalau, jika, seandainya begini bagaimana; yakni tentang sesuatu yang bersifat asumtif, bukan yang faktual atau dugaan kuat akan dijalani atau dihadapi. Dalam hal ini, para Sahabat, tabi’un dan tabi’ut tabi’in, tidak menyukai pertanyaan tentang sesuatu yang belum ada atau belum terjadi karenanya mereka bersikap tawaquf tidak mau menjawab atau membahasnya. Kedua pertanyaan yang diperintahkan dan disyariatkan, yaitu pertanyaan dalam rangka ta’lim, di antaranya agar lebih paham atau lebih jelas memahami nas dan hukum. Juga pertanyaan dalam rangka pengajaran untuk pembelajar yang lain supaya pelajaran yang diberikan guru, deskripsinya jadi lebih jelas, lebih lengkap atau lebih mudah dipahami para pembelajar. Bahkan bagi orang yang akan melakukan sesuatu dan dia belum/tidak tahu hukumnya, maka bertanya tentang hukum sesuatu itu sebelum dia melakukannya adalah wajib. Sebab, tanpa itu dia tidak akan bisa melaksanakan kewajiban terikat dengan syariah dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu itu. Hadis ini memberi tuntunan sikap seorang Muslim. Terhadap perintah, dilaksanakan sesuai batas kemampuan. Maknanya bukanlah minimalis, tetapi justru maksimalis. Sebab, makna istitha’ah adalah aqsha thâqah kemampuan maksimal. Adapun larangan, maka ditinggalkan, dan itu tanpa dikaitkan dengan istithâ’ah. Sebab, meninggalkan adalah manahan diri, tidak melakukan, atau tidak mengambil yang dilarang itu, atau berhenti lalu menjauhinya jika terlanjur dikerjakan. Hadis ini mengisyaratkan bahwa dari pada menyibukkan diri dengan pertanyaan yang dilarang itu, hendaknya seorang Muslim lebih menyibukkan diri memahami apa yang dibawa oleh Nabi baik al-Quran maupun as-Sunnah, mendalami maknanya dan menggali hukumnya bagi yang mampu atau memahami hukum-hukum yang digali darinya oleh para mujtahid. Semuanya dalam rangka mempedomani dan mengamalkannya. Jika itu termasuk perkara pembenaran, hendaklah menyibukkan diri untuk membenarkannya baik ghalabah zhan ataupun mengimaninya sesuai tuntutan nas itu. Jika merupakan perkara amaliah, hendaklah mengerahkan segenap daya upaya untuk melaksanakannya sesuai batas kemampuan jika itu berupa perintah; dan meninggalkan serta menjauhinya jika berupa larangan. Jika masih ada waktu lebih, bolehlah memikirkan hukum apa yang mungkin akan terjadi menurut asumsi dengan maksud untuk dipedomani andai benar terjadi. Jadi tafaqquh fi ad-dîn itu terpuji jika untuk amal dan tercela jika untuk riya dan perdebatan, apalagi untuk menimbulkan kerancuan, kebingungan dan keraguan di banyak orang. WalLâh a’lam. [Yahya Abdurrahman]
AlAshma’i menuturkan bahwa Abu ‘Amr ibnul ‘Ala rahimahullah pernah berkata kepadanya, “Berhati-hatilah engkau jika menghinakan orang yang mulia, atau memuliakan orang yang tercela, atau mempersulit urusan orang yang berakal, atau mencandai orang yang dungu, atau bergaul dengan orang yang jahat.. Tidak termasuk adab apabila engkau menjawab orang
PurnaWarta — Banyak yang menyatakan bahwa kunci dari ilmu adalah bertanya. Atau ada pepatah yang menyatakan bahwa “Malu bertanya sesat di jalan”. Namun apakah ada adab-adaban bertanya dalam agama Islam? Bertanya merupakan sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh manusia pada umumnya. Bertanya merupakan sebuah pekerjaan yang penting bagi mereka yang tidak tahu. Terlebih lagi bagi urusan agama. Hanya saja harus diperhatikan juga pada siapa kita bertanya. Jangan sampai kita bertanya pada salah sumber. Baginda Nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa bertanya itu sebagian dari ilmu. “Pertanyaan yang baik merupakan sebagian dari ilmu.” Biharul Anwar, jild 1, hal 224 Dari hadits di atas kita mengetahui bahwa ketika pertanyaan kita adalah tentang hal yang baik maka pertanyaan kita merupakan sebagian dari ilmu. Juga berarti ada kemungkinan bahwa pertanyaan itu tidak baik. Misalnya pertanyaan yang mampu menggangu orang sehingga orang tak nyaman atau pertanyaan yang tidak penting. Sayidina Ali bin Abi Thalib kwj pernah berkata, “Bertanyalah sesuatu yang penting bagi kamu dan jauhilah bertanya dengan pertanyaan yang tidak penting untuk kamu!” Ilalul Syara’i, jild 1, hal 64 Selain itu juga ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa bertanyalah untuk memahami pertanyaan dan bukan untuk mengganggu. Dari hadits-hadits di atas kita memahami bahwa adab bertanya adalah bertanya dengan hal-hal yang baik maka itu merupakan sebagian dari ilmu. Selain itu ketika kita mau bertanya maka bertanya lah hal yang penting bagi kita. Selajutnya adalah bertanya untuk memahami bukan untuk mengganggu orang lain.
Iamengeluarkan semua barang di rumahnya dan meletakkannya di tengah jalan. Tentu saja banyak orang yang berkumpul ingin mengetahui apa yang terjadi. Mereka bertanya, “Apa yang terjadi pada dirimu?” Ia menjawab, “Aku memiliki seorang tetangga yang selalu menggangguku.” Maka, orang-orang pun melaknati si tetangga usil itu.
Langgani saluran Telegram kami untuk berita terkini dan paparan gaya hidup pelengkap hari anda. Malu bertanya, sesat jalan. Ia peribahasa yang membawa maksud jika segan berusaha seseorang tak akan mendapat kemajuan. Tindakan bertanya adalah sesuatu perkara yang baik dan ia mungkin dapat menyelesaikan pelbagai persoalan serta masalah. Malah, ia juga sedikit-sebanyak dapat memperkukuhkan sesuatu maklumat yang anda kurang pasti ketepatannya. Namun, ada cara untuk bertanya dengan sopan terutamanya kepada orang yang tidak dikenali. Hari ini segmen refleksi berkongsi lima adab ketika mengajukan soalan. Gambar Rainier Ridao, UnsplashMemberi salam atau ucapan selamat Memberi salam adalah langkah pertama bagi menyapa seseorang untuk bertanya. Bagi umat Islam, perkataan assalamualaikum itu sendiri bermaksud selamat sejahtera ke atas kamu semua dan ia adalah sunnah Nabi Muhammad SAW. Selain itu, memberi salam atau ucap selamat bukan sahaja khusus kepada umat Islam. Buat yang bukan beragama Islam, anda boleh menyapa mereka dengan ucapan secara umum seperti selamat pagi, salam sejahtera dan seumpamanya sebelum memulakan pertanyaan. Amalan ini sebagai tanda hormat dan tidak mengejutkan seseorang dengan terus bertanya tentang hal yang ingin disampaikan. Seperti yang tercatat dalam di dalam al-Quran سَلَامٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ Maksudnya “Selamat sejahteralah kamu berpanjangan, disebabkan kesabaran kamu. Maka amatlah baiknya balasan amal kamu di dunia dahulu.” Surah al-Ra’d Ayat 24Gambar PexelsGunakan bahasa yang baik dan tidak kasar Apabila hendak bertanya gunakan bahasa dan perkataan yang baik serta tidak kasar terutama kepada golongan yang lebih berusia. Ini bagi memudahkan seseorang untuk membantu menjawab persoalan yang ditanya dengan ikhlas. Tambahan lagi, ia dapat melembutkan hati seseorang untuk menghulurkan bantuan dan membantu dengan penyelesaian sesuatu masalah. Cara pertanyaan yang kurang sopan dan kasar akan menyebabkan seseorang enggan membantu dan menjawab pertanyaan. Malah, bantuan yang ingin diminta mungkin tidak akan dilayan. Seperti petikan di dalam al-Quran فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى Maksudnya “Maka hendaklah kamu berdua berkata kepadanya dengan ucapan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia mengambil peringatan atau berasa takut." Surah Taha Ayat 44Gambar Artem Maltsev, UnsplashTidak memotong kata-kata orang lain Kadang-kala kita perlu melihat keadaan sekeliling untuk mengajukan soalan terutamanya kepada individu yang lebih dewasa. Jangan sesekali menyampuk atau memotong kata-kata seseorang yang sedang berbicara dengan pertanyaan anda. Sifat ini akan memperlihatkan anda seolah-olah tidak menghormati individu yang sedang bercakap. Tindakan tersebut boleh menyebabkan orang di sekeliling merasa tidak selesa dan menjengkelkan. Maka, pastikan seseorang itu sudah selesai berbicara, kemudian angkat tangan sebagai isyarat ingin bertanya atau terus tanyakan soalan selepas Charles Deluvio,UsplashElakkan isu sensitif Dalam konteks adab bertanya, isu senisitif merujuk kepada pertanyaan yang menyentuh hal peribadi seseorang. Kadang-kala pertanyaan ini berlaku tanpa kita sedari. Isu sensitif termasuk perihal hubungan, perkauman, keadaan fizikal seseorang dan sebagainya. Elakkan daripada bertanya tentang hal-hal sebegini terutama depan khalayak. Ini kerana perkara-perkara tersebut boleh menimbulkan adegan atau perasaan malu, memberikan tekanan, menimbulkan kemarahan seseorang dan mampu mencetus pergaduhan antara satu sama lain. Berfikir dahulu sebelum bertanya dan elakkan daripada membangkitkan soalan atau pertanyaan seperti ini. Hal ini juga dirujuk oleh Abu Hurairah RA, bahawa Nabi SAW pernah ditanya berkaitan sebab kebanyakan orang dimasukkan ke dalam syurga. Baginda menjawab تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ، فَقَالَ الفَمُ وَالفَرْجُ Maksudnya “Taqwa kepada Allah dan baik akhlaknya.” Lalu Baginda SAW ditanya lagi berkaitan sebab kebanyakan manusia dimasukkan ke dalam neraka? Baginda SAW menjawab “Mulut dan kemaluan.” Riwayat al-Tirmizi 2004Gambar Brett Jordan, UnsplashUcapan terima kasih Akhir sekali, perkara ini mungkin nampak mudah tetapi masih ada segelintir individu yang tidak mengamalkannya. Dua perkataan yang mudah untuk dilafazkan iaitu terima kasih adalah sebuah tanda penghargaan yang perlu diucapkan sejurus mendapat jawapan atas pertanyaan anda. Tambahan pula, ia sangat berkait rapat dengan tanda bersyukur atas kebaikan yang diperolehi daripada seseorang. Daripada Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ Maksudnya “Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi sesiapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” Riwayat Abu Daud 4811 dan al-Tirmizi 1954 Sumber Mufti Wilayah Persekutuan
Makabeliau menjawab: "Yang paling utama dari keduanya menurut Allah." HR at-Tirmidzi (2694), Kitab Permohonan Izin dan Adab dari Rasulullah, Pasal Dalil tentang Keutamaan Orang yang Memulai Memberi Salam. Beliau berkata: "Ini adalah hadits hasan". Dari Abu Umamah, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya manusia yang
sumber jawab adalah hal yang sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita bertanya ke guru dan dosen kita atau ketika bertanya arah jalan ke orang asing di jalan, dan sebagainya. Kalau kita tidak tahu, kita bertanya ke yang lebih tahu. Kalau kita lebih tahu, maka kita memberi ilmu kepada yang belum tahu. Nah, ternyata dalam melakukan kegiatan tanya jawab, kita tidak boleh sembarangan, ada adab yang perlu diperhatikan dalam bertanya dan menjawab. Dalam Islam kita mengenal yang namanya akhlak. Saat kita bertanya pada seseorang, mereka berkedudukan sebagai alim dan kita sebagai fakir dalam hal ilmu. Allah berfirman mengenai hal iniفَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَArtinya “Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui” QS. An-Nahl ayat 43Sering kita lihat di media sosial, orang yang bertanya meninggalkan prinsip akhlak dengan cara meremehkan jawaban karena dirasa tidak berbobot. Sedangkan yang menjawab pun meninggalkan prinsip ilmu, merasa jawabannya sudah paling sedikit cerita yang dapat menjadi inspirasi bagi kita, dari penulis buku "Ngaji Fikih" yang ketika itu beliau sedang mengantre giliran untuk bertanya di rumah Gus Dur. Kemudian beliau bertanya mengenai sejumlah fatwa NU. Jawaban dari Gus Dur justru tidak terduga, “Tanyakan saja hal tersebut kepada Said Aqil Siradj!”Dengan penuh hormat beliau memilih untuk mundur setelah mendapat jawaban tersebut. Lalu datanglah Nusron Wahid yang bertanya pada Gus Dur mengenai suatu peristiwa di Indonesia, Gus Dur kemudian menjawab, “Saya tidak tahu, jangan tanya saya soal itu!”Nah, kira-kira itulah gambaran ketika kiai memberi jawaban. Mereka enggan merasa paling tahu akan suatu hal, sehingga memilih untuk mengaku bahwa mereka kurang bagaimana adab untuk orang yang mengajukan pertanyaan? Pertama, kita harus berprinsip bahwa ketika kita bertanya secara tatap muka maupun lewat media sosial, artinya kita sedang meminta dan menyita waktu seseorang untuk memberi jawaban ke kita. Jadi, jangan terburu-buru untuk menagih jawaban dari mereka. Kedua, kita tidak boleh memaksa apabila seseorang tidak menjawab, mungkin saja mereka memiliki kesibukan lain sehingga tidak sempat untuk memberi jawaban. Mereka tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaan kita. Menjawab pertanyaan adalah sedekah, karena telah membantu orang lain yang awalnya belum tahu menjadi apa pun jawaban yang diberikan, syukuri dan hargai itu. Meski jawabannya singkat, atau mungkin kita tidak cocok dengan jawaban tersebut, tetap saja kita harus menjaga akhlak dan adab kita sebagai penanya. Jangan marah-marah kalau kita tidak puas dengan jawaban tersebut. Kalau memang belum puas dengan jawaban tersebut, boleh saja untuk menanyakan pada orang lain yang kita bertanya kepada seseorang itu berarti kita percaya bahwa mereka lebih tahu tentang hal tersebut. Jangan bersikap seolah-olah kita lebih paham kemudian mengajak debat dengan Qayyim pernah menjelaskanﺇﺫﺍ ﺟﻠﺴﺖ ﺇﻟﻰ ﻋﺎﻟﻢ ﻓﺴﻞ ﺗﻔﻘﻬﺎً ﻻ ﺗﻌﻨﺘﺎً“Jika anda duduk bersama seorang ahli ilmu, maka bertanyalah untuk menuntut ilmu bukan untuk melawan.”Memang, kritis dalam bertanya itu perlu tapi harus diterapkan konsep sopan santun juga dalam bertanya. Kalau memang kita tidak mempercayai jawaban mereka, kenapa kita bertanya?Kelima, jangan membanding-bandingkan jawaban seseorang di depan orang yang menjawab pertanyaan kita. Misalnya ketika seseorang menjawab pertanyaan kita, lalu kita membalas, “tapi pendapatmu berbeda dengan si A”. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Bahkan, seorang kiai pun bisa saja berselisih pendapat antara satu sama lain! Maka, kita bisa tampung dulu jawaban-jawaban yang berbeda tersebut, lalu tanyakan pendapat orang lain lagi, jadi kita bisa tahu mana pendapat yang lebih kuat dan lebih sebagai umat Islam yang berpegang teguh pada prinsip akhlak dalam Islam, sudah kewajiban kita untuk melakukan kegiatan tanya jawab. Berbagi ilmu walaupun sedikit saja pahalanya besar. Salah satu hadis riwayat Bukhari, dari Abdullah bin Amr, Nabi Muhammad SAW. bersabda “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat."Referensi/Daftar Pustaka
Akantetapi penuntut ilmu juga harus memiliki adab dan akhlak dalam menimbah ilmu tersebut. Kerena hakikat seorang penuntut ilmu yakni dengan menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak. Era teknologi saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0, era dimana semuanya serba digital atau kerap disapa dengan peradaban milenium atau era robotik.
Dalildan Hadits Tentang Adab Memberi dan Menjawab Salam √ Islamic Base Di dalam Al Qur’an terdapat beberapa ayat yang menganjurkan mengucapkan salam, baik saat memasuki rumah orang lain mau pun bertemu sahabat di jalan. Bahkan Allah SWT melarang umat Islam masuk ke rumah orang lain sebelum mengucapkan salam.
aURq7e. l5b86nk2i0.pages.dev/534l5b86nk2i0.pages.dev/341l5b86nk2i0.pages.dev/222l5b86nk2i0.pages.dev/136l5b86nk2i0.pages.dev/455l5b86nk2i0.pages.dev/125l5b86nk2i0.pages.dev/535l5b86nk2i0.pages.dev/250
adab bertanya dan menjawab