Zatzat yang tergolong narkoba umumnya dipakai dalam dunia medis. Siapa pun yang menggunakannya untuk tujuan di luar tujuan pengobatan (medis) tergolong tindakan yang salah. Penyalahgunaan narkoba menjadi masalah sosial yang sangat serius. Pemakai narkoba akan kecanduan. Zat-zat itu perlahan-lahan merusak tubuh pemakainya.
Ragam Permasalahan Utama Indonesia A Font Kecil A Font Sedang A Font Besar Ada sejumlah permasalahan utama yang dihadapi Indonesia saat ini, mulai dari pengangguran, kemiskinan, hutang negara, hingga korupsi. Berdasarkan hasil survei KedaiKopi bertajuk “Peluang dari Luar Jawa”, terdapat setidaknya 17 permasalahan utama Indonesia yang perlu diselesaikan pemerintah. Mayoritas responden mengatakan, pengangguran merupakan masalah utama di Tanah Air. Persentasenya mencapai 20,8%. Harga sembako mahal juga pun menduduki peringkat kedua sebagai permasalahan utama Indonesia. Tercatat, persentasenya sebesar 17,6%. Selanjutnya, Covid-19 menempati urutan ketiga permasalahan utama Indonesia dengan persentase 17,5%. Masalah kemiskinan di posisi berikutnya dengan persentase 9,6%. Sebanyak 5,2% responden mengatakan bahwa permasalahan utama Indonesia adalah soal infrastruktur dan pembangunan. Lalu, sebanyak masing-masing 3,9% dan 3,7% mengatakan permasalahan di tanah air yakni terkait korupsi dan pendidikan. Ada pula responden yang mengatakan bahwa bantuan tidak merata menjadi permasalahan utama di Indonesia dengan persentase 3,1%. Kemudian, sebanyak masing-masing 2,9% dan 2,7% responden mengatakan permasalahan di tanah air adalah terkait perekonomian dan kesehatan. Permasalahan utama berikutnya yakni terkait pendapatan kecil sebesar 2,2%. Diikuti permasalahan lainnya seperti kesejahteraan rakyat 1,9%, SARA 1,4%, hutang negara 1,2%, hukum 1%, bencana alam 0,7%, dan narkoba 0,1%. Sementara itu, sebanyak 4,5% responden mengatakan tidak tahu. Adapun survei ini dilakukan terhadap responden berusia 17-65 tahun di 34 provinsi. Survei ini dilakukan pada 17-24 Januari 2022 melalui metode face to face interview computer assisted personal interviewing dengan margin of error ± 2,83% pada interval kepercayaan 95%. Baca Survei Populi Masalah Utama Ekonomi DKI Jakarta Soal Harga Bahan Pokok
21Juli 1954. Pada 21 Juli 1954, Vietnam resmi menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Pemimpin revolusioner Vietnam, Ho Chi Minh, akhirnya bisa bernapas lega ketika Perang Dunia II usai. Ia berharap cita-citanya menyatukan masyarakat Vietnam di bawah bendera komunisme akan segera terwujud.
Jawaban yang tepat yaitu opsi b. kemiskinan. Yuk simak penjelasan berikut ini! Kemiskinan menjadi permasalahan diberbagai negara terutama untuk negara-negara berkembang. Kemiskinan menjadi akar permasalahan lain di negara tersebut. Jika di suatu negara terdapat banyak penduduk miskin, maka anggota keluarga yang tergolong kedalam usia sekolah, tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena terhalang biaya dan keharusan mencari tambahan penghasilan. Tingkat pendidikan yang rendah akan berdampak pada peluang untuk memperoleh pekerjaan, yang menyebabkan keluarga miskin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Kemiskinan juga menjadi penyebab permasalahan dibidang kesehatan. Biaya yang tidak bisa mencukupi asupan gizi keluarga, menyebabkan anggota keluarga rentan sakit dan mengidap permasalahan dibidang kesehatan. Jadi, jawaban dari pertanyaan diatas adalah opsi b. kemiskinan.
terlepasdari persoalan lainnya. Ia bukan hanya sekedar masalah kontak kerja antara pengusaha dan pekerja, namun dia menjadi juga persoalan yang terkait dengan kebijakan politik, ekonomi, sosial-budaya, dan lain sebagainya. Akar Masalah Ketenagakerjaan Mencermati secara lebih mendalam berbagai persoalan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. MEMAHAMI KERUSAKAN LINGKUNGAN DI NEGARA BERKEMBANG DENGAN PRESPEKTIF TEORI MARX Jikalau dulu Marx tidak habis-habisan mengkritik kaum kapitalis yang mengekspolitasi kaum buruh, mungkin budaya kapitalis akan tumbuh subur di kebanyakan negara dunia ketiga ketika era modernisasi ini menghunus pemikiran-pemikiran kritis yang sadar akan lingkungan. Tidak ada maksud sama sekali untuk menyamakan orang yang peduli dengan lingkungan sebagai pengikut Marx. Tetapi hal yang menarik yang perlu kita lihat adalah suatu fenomena yang tanpa kita sadari secara langsung maupun tidak, kapitalisme telah menjadi bibit-bibit kecil yang mengantarkan pemikiran manusia yang menjelma menjadi perilaku perusak. Perilaku orang-orang berkuasa yang haus akan kekayaan dan kekuasaan akan terus mempertahankan apa yang dia punya dengan cara apapun. Perilaku-perilaku seperti inilah yang menyebabkan terjadinya ekspolitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam yang merupakan faktor produksi secara ekonomi dan kemudian menyebabkan terjadinya kerusakan pada lingkungan. Pemikiran-pemikiran kritis kemudian muncul sebagai usaha untuk menyelamatkan lingkungan. A. Pendahuluan “Kami punya banyak alasan untuk membatalkan kontrak-kontrak tambang itu. Seandainya perusahaan-perusahaan pertambangan itu menggugat kami untuk membayar kompensasi, itu lebih murah daripada harus membayar kerugian negara dan kehancuran lingkungan hidup.” Pernyataan tegas di atas disampaikan Presiden Kostarika pada bulan Juli 2002, dalam sebuah deklarasi damai terhadap alam dan lingkungan. Presiden Abel Pacheco, berani membuat keputusan untuk melarang praktik pertambangan terbuka walaupun tengah menghadapi gelombang ancaman dari pelaku pertambangan internasional yang akan menggugat pemerintah Kostarika ke pengadilan arbitrase internasional. Namun, keteguhan akan sebuah masa depan bangsa yang lebih baik, tidak menyurutkan langkah Presiden Abel Pacheco untuk kukuh menolak praktik pertambangan terbuka di Kostarika. Keunggulan dan kemenangan kapitalisme memang sangat mengesankan. Lebih dari dua abad setelah terbitnya buku The Wealth of Nation karya mahaguru kapitalisme Adam Smith, sistem ekonomi kapitalistik berhasil mengalahkan semua pesaingnya dari ideologi lain. Pada akhir Perang Dunia II, hanya dua kawasan bumi yang tidak komunis, otoriter, atau sosialis, yakni Amerika Utara dan Swis. Kini selain kita menyaksikan negara-negara komunis rontok satu demi satu, hampir tak ada satupun negara yang saat ini bebas dari Coca-cola, McDonald, KFC dan Levis, lambang supremasi corporate capitalism yang menguasai sistem ekonomi abad 21. Namun demikian, setelah kapitalisme memonopoli hampir seluruh sistem ekonomi, kini semakin banyak yang menggugat apakah sistem yang didasari persaingan pasar bebas ini mampu menjawab berbagai permasalahan nasional maupun global. Sejarah juga menunjukkan bahwa kapitalisme bukanlah piranti paripurna yang tanpa masalah. Selain gagasan itu sering menyesatkan, terdapat banyak agenda pembangunan yang tidak mengalir jernih dalam arus sungai kapitalisme. Masalah seperti perusakan lingkungan, meningkatnya kemiskinan, melebarnya kesenjangan sosial, meroketnya pengangguran, dan merebaknya pelanggaran HAM serta berbagai masalah degradasi moral lainnya ditengarai sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari beroperasinya sistem ekonomi kapitalistik. Sekurangnya ada dua argumentasi yang melandasi anggapan tentang masalah lingkungan hidup tertanam di dalam kapitalisme. Pertama, dengan berbasis kompetisi, sebagai karakter utama sistem ini adalah perlombaan produksi komoditas semurah mungkin, di mana sumber daya alam disubordinasikan ke dalam logika ini. Tidak heran eksploitasi dan karenanya destruksi terhadap alam dan juga buruh menjadi keharusan. Karakter kedua dari sistem ini adalah keharusan akumulasi tanpa batas melalui ekspansi spasial yang progresif. Korporasi-korporasi transnasional bergerak leluasa melintasi tembok-tembok negara untuk mengonversi permukaan bumi untuk industri ekstraktif. Pada masa lalu, praktiknya melalui kolonialisme, dan dalam 40 tahun terakhir, berlangsung di bawah rubrik neoliberalisme. Bukan saja sebagai class project’, tetapi juga sebagai ecology project , seperti disebut ahli geografi Jasson W Moore Ecology & the Accumulation of Capital, neoliberalisme mempercepat perusakan lingkungan dengan dampak multi-skalar, dari lokal ke global. China merupakan contoh terang. Pertumbuhan luar biasa setelah menerapkan ekonomi pasar, dicapai berkat ongkos produksi rendah, melalui eksploitasi buruh murah yang melimpah ruah dan mengabaikan lingkungan hidup. Sejumlah pengamat memprediksi, dengan terus mempertahankan model pertumbuhan ekonomi tidak berkelanjutan seperti sekarang, dalam waktu tidak lama China bakal terperangkap krisis energi, kemerosotan drastis produksi bahan pangan, dan bencana alam Prespektif Marxis Tentang Kerusakan Lingkungan di Negara Berkembang Dua aspek dari teori Marxis yang paling relevan untuk memahami dan melakukan aksi atas isu-isu tentang ekologi serta lingkungan adalah materialism dialektik dan teori akumulasi. Materialisme dialektik, sebagai filsafat, menjadi ada dan menyadari relevansinya dengan diskusi ekologi karena implikasinya pada cara kita memahami alam. Kini sudah menjadi pemahaman umum di kalangan ekologis profesional bahwa alam tidaklah statis, bukan sesuatu yang selalu sama, sekalipun tanpa gangguan manusia. Dengan ukuran komunitasnya maupun dengan ukuran biosfernya, alam tidak berada dalam keseimbangan” , tidak juga berada dalam “keadaan terbaik”-nya. Kita tahu tidak ada kekuatan apapun yang dapat memastikan kesetimbangan stabil dari jumlah populasi ataupun komposisi spesies dari komunitas-komunitas. Jadi pernyataan tentang keseimbangan dan keselarasan bersifat idealis dan ideologis. “Keseimbangan alam” dinyatakan sebagai analog dari “tangan yang tak terlihat” dalam ekonomi—di mana persaingan di antara kekuatan-kekuatan yang berbeda dianggap akan meleburkan dirinya dalam sistem yang seimbang dan stabil. Aspek khusus lain yang relevan dari Marxisme adalah teori akumulasi, yang menjelaskan bahwa syarat pertumbuhan kapitalisme dihasilkan dari upaya kekuatan-kekuatan perusahaan dalam menghadapi tekanan-tekanan kompetisi di antara mereka, sehingga memaksa mereka memotong biaya dan mengakumulasikan modal sebagai cara untuk bertahan hidup. Teori tersebut menjelaskan kebutuhan kekuatan-kekuatan kapitalis yang berkompetisi untuk mengeksternalkan sebanyak mungkin biaya produksi menjadi beban masyarakat dalam jumlah besar, termasuk biaya “cuci tangan”—berupa insentif tetap bagi aktivitas produksi dan konsumsi yang menghasilkan banyak limbah; dan ekspansi internasional kekuatan kapitalis ketika mereka mencari pasar baru, sumber daya baru dan, lebih banyak lagi tempat baru untuk membuang limbahnya. Sehingga, terdapat konflik mendasar antara kapitalisme dan rasionalitas ekologis. Seperti yang dikatakan oleh Paul Sweezy, bahwa catatan buruk di bidang lingkungan kapitalisme disebabkan oleh sifat bawaannya yang mengusung proses akumulasi modal yang tak terkendali. Sistem tersebut tak memiliki mekanisme pengerem/pengendali selain krisis ekonomi berkala; satuan-satuan individual yang menyusunnya—modal yang terpisah-pisah— harus tanggap terhadap peluang-peluang meraup keuntungan dalam jangka pendek, atau tersingkir; tak ada bagian dalam sistem itu yang membuka diri atau sesuai dengan suatu perencanaan jangka panjang yang mutlak sangat penting bagi pelaksanaan sebuah program ekologi yang efektif Sistem kapitalis internasional dipercayai oleh para marxis tidak akan menghasilkan distribusi yang merata. Negara-negara sedang berkembang itu miskin karena sejarah menempatkan mereka pada posisi subordinate dan kondisi ini bertahan terus sejauh mereka menjadi bagian dari sistem kapitalis internasional itu. Sistem pasar internasional pada dasarnya ada di bawah kendali dari negara-negara berkembang dan karena itu cara kerjanya menimbulkan kerusakan pada negara sedang berkembang. Atau secara kasar dikatakan bahwa operasi pasar internasional memungkinkan negara berkembang untuk mengeksploitasi kekayaan ekonomi dari negara yang sedang berkembang. Perdagangan antara negara berkembang Utara dan negara sedang berkembang Selatan adalah hubungan tukar- menukar yang tidak setara karena pasar internasional yang ada di bawah kontrol negara-negara maju saat ini menyebabkan merosotnya harga bahan mentah yang dihasilkan oleh negara-negara Selatan dan meningkatnya harga produk industri yang dihasilkan oleh negara-negara Utara. Yang disebut terms of trade ini memang merugikan negara Selatan. Lebih parahnya, perdagangan internasional justru mendorong negara-negara Selatan untuk memusatkan diri pada bentuk produksi yang terbelakang yang sulit akan mendorong terjadinya pembangunan. Investasi asing semakin menimbulkan hambatan dan distorsi bagi negara- negara Selatan. Mereka memegang kontrol atas industri lokal yang paling dinamis dan mengeruk surplus ekonomi dari sektor ini dengan cara repatriasi keuntungan, royalty fees, maupun lisensi-lisensi. Menurut teori marxis, jelas terjadi aliran modal ke luar dari Selatan ke Utara. Tambah lagi, investasi asing dapat menimbulkan pengangguran karena mereka mendirikan pabrik- pabrik yang padat modal. Akibatnya, terjadilah distribusi pendapatan yang semakin tidak merata, menggusur modal lokal dan pengusaha lokal. Akibat yang tidak kalah menakutkan adalah terjadinya produksi yang berorientasi untuk ekspor saja dan karena itu dihasilkan pola konsumsi yang tidak aneh. Teori marxis mengkritik sistem keuangan internasional. Perdagangan dan investasi mencabut modal dari Selatan dan memaksa negara-negara Selatan meminjam dari institusi keuangan Utara, baik swasta maupun publik. Namun, debt service dan pembayaran utang mengakibatkan terkurasnya kekayaan mereka. Bantuan asing ternyata tidak membantu sebagaimana sering diyakini. Bantuan asing malah memperparah distorsi pembangunan negara-negara Dunia Ketiga yang diperintahkan untuk menggalakkan investasi asing dan perdagangan internasional. Akibatnya, tujuan pembangunan sejati terlupakan, yaitu kesejahteraan seluruh bangsa. Teori marxis menunjukkan bahwa dalam kerangka sistem perdagangan internasional ini, di tiap-tiap negara berkembang muncullah kelas yang menjadi “client” dari negara berkembang. Elite lokal yang demi kepentingan diri mereka sendiri ingin melanggengkan kekuasaan mereka dengan senang hati bekerja sama dengan elite kapitalis internasional. Kerja sama seperti ini yang melanggengkan sistem kapitalis internasional. Ada teori lain yang juga mengkritik teori liberal. Seperti halnya teori marxis, teori strukturalis berpendapat bahwa struktur pasar internasional melanggengkan keterbelakangan dan ketergantungan, dan pada akhirnya mendorong ketergantungan negara sedang berkembang kepada negara berkembang. Sebagai seorang strukturalis, Gunnar Myrdal mengatakan bahwa pasar cenderung untuk menyukai kelompok orang atau negara yang telah memiliki sumber kekayaan. Sebaliknya, ia akan mengempaskan yang belum berkembang. Perdagangan internasional yang tidak beraturan dan juga gerakan modal yang bebas akan memperparah ketimpangan internasional. Pasar internasional yang berat sebelah seperti ini, menurut kelompok strukturalis, bertumpu pada ketimpangan yang ada dalam perdagangan internasional. Perdagangan tidak bekerja sebagai mesin pertumbuhan, tetapi malah memperlebar jurang antara negara berkembang dan negara sedang berkembang. Pertama, ini terjadi karena terms of trade yang merosot terhadap negara sedang berkembang. Permintaan akan ekspor produk primer yang berasal dari negara berkembang tidaklah elastik, kecuali itu kompetisi pasar internasional menyebabkan harga dari produk-produk itu semakin murah. Kedua, struktur monopoli negara-negara berkembang dan meningkatnya permintaan akan barang-barang jadi menyebabkan naiknya harga produk industri dari negara berkembang. Jadi, dalam kondisi pasar yang normal, perdagangan internasional sebenarnya memindahkan pendapatan dari negara sedang berkembang Selatan ke negara berkembang Utara. Perdagangan internasional, menurut kelompok strukturalis, membawa efek negatif terhadap pembangunan sebuah negara. Spesialisasi yang dijalankan oleh negara-negara berkembang pada ekspor barang-barang yang sudah ketinggalan tidak dapat mendorong perekonomian negara itu. Ini bertentangan dengan pendapat teoretisi liberal, tentu saja. Sebaliknya, perdagangan menciptakan sektor ekspor yang advanced yang hanya kecil atau malah tidak menimbulkan efek pada ekonomi. Dengan kata lain, perdagangan menimbulkan dual economy dalam sebuah negara, sektor yang diperuntukkan ekspor yang sudah maju dan ekonomi pada umumnya yang belum maju. Penanaman modal asing juga melahirkan situasi berat sebelah. Investor asing pada dasarnya menjauhi negara sedang berkembang. Kalau toh mereka datang ke negara berkembang, mereka hanya mengarahkan diri pada sektor ekspor, dan karena itu makin memperparah dual economy dan efek negatif dari perdagangan. Tambah lagi, investasi asing dapat mendorong mengalirnya keuntungan ke negara majuC. KesimpulanPermasalahan- permasalahan ekologi adalah masalah politis dalam makna bahwa masalah-masalah tersebut dihasilkan atau sangat dipengaruhi oleh kesenjangan- kesenjangan kontrol atas sumber daya dan kekuatan politik di antara kelompok-kelompok dan bangsa-bangsa;Ekologi tidak dapat menjadi program politik itu sendiri, melainkan harus menjadi bagian dari analisa dan program yang lebih luas;Perlu memehami kapitalisme, dan khususnya dinamika akumulasi modal, agar mengerti mengapa kerusakan lingkungan terjadi dan akan terus berlanjut dalam dunia yang kapitalistik;Oleh karena mobilitas dan ekspansi modal, serta melemahnya negara-bangsa, maka perlu mengkoordinasikan strategi secara internasional. Pustaka Andre Gorz, Ecology as Politics Boston South End Press, 1980. Arthur MacEwan, Why Are We Still Socialist and Marxist After All This? Dalam Socialist Register 1990, editor oleh Ralph Miliband dan Leo Panitch London Merlin Press, 1990. Barry Commoner, Ecosphere vs Technosphere Ending the War Against Earth, The Nation, 30 April 1990. Edi Suharto, PhD, Globalisasi, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan Mengkaji Peran Negara dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia. Edi Suharto, PhD, Globalisasi, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan Mengkaji Peran Negara dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia. Gagasan tersebut disajikan dan dikaji oleh Richard Lewontin dalam esainya yang tidak dipublikasikan pada tahun 1989 Dialectics of Nature. Analogi “tangan yang tak terlihat” dibuat untuk saya oleh seorang ekologis, Douglas Bucher. James O’Connor, Zeta, Juni 1989, halaman 32. Konsep dan istilah tersebut terdapat dalam esai Richard Levins yang tidak dipublikasikan Toward a Gentle, Thought-Intensive Technology, 1985. Lihat, misalnya, John Vandermeer, A Struggle on Two Fronts the Greening of Nicaragua, Green Letter, Spring, 1990. Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga edisi kedelapan, Jakarta Penerbit Erlangga, 2003, hal. 262 – 268 Michael Redclitt, Turning Nightmares into Dreams the Green Movement in Eastern Europe, The Ecologist, September-Oktober, 1989, halaman 178. Michael Redclitt, Turning Nightmares into Dreams, halaman 182. Paul Sweezy, Socialism and Ecology, Monthly Review, September 1989, halaman 2. Paul Sweezy, Socialism and Ecology, Monthly Review, September 1989; Paul Sweezy dan Harry Magdoff, Capitalism and The Environment, Monthly Review, Juni 1989. Richard Levins dan Richard Lewontin, editor, The Dialectical Biologist Cambridge Harvard University Press, 1985. Suwarno dan Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarat Pustaka LP3ES Indonesia, 1994, hal. 240-242 Suwarno dan Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarat Pustaka LP3ES Indonesia, 1994, hal. 92 Lihat Politik Selengkapnya
KataKunci: Brain drain, Sumber Daya Manusia, Pengembangan Fasilitas, Keberhasilan India. 1. Pendahuluan. Sejarah melukiskan bahwa pasca meletusnya Perang Dunia II telah meyebabkan para tenaga ahli dan terdidik dari berbagai belahan dunia, terutama Eropa, bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya.
Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai perbedaan negara maju dan negara berkembang. Negara berkembang adalah sebutan untuk negara yang dianggap memiliki standar hidup rendah hingga rata-rata. Biasanya suatu negara dikatakan negara berkembang dilihar dari kondisi penduduknya, selain itu pendapatan yang rendah pun mempengaruhi terhadap suatu negara. Negara berkembang cenderung memiliki infrastruktur yang terbelakang. Adapun contoh dari negara berkembang diantaranya adalah Indonesia, India, Filipina, Thailand, pada negara berkembang standar hidup masyarakat dapat dibilang rendah. Standar hidup yang rendah misalnya pendapatan yang rendah, pendidikan yang hanya sampai sekolah dasar, tingkat pengangguran yang tinggi, perumahan yang tidak layak untuk dihuni, dll. Hal tersebut merupakan sebuah masalah untuk negara berkembang. Masalah utama dari negara berkembang biasanya yaitu masalah ekonomi. Butuh waktu yang sangat lama untuk dapat mengatasi masalah yang ada di negara berkembang. Pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai masalah yang ada pada negara berkembang. Simak pembahasannya dibawah jugaPerbedaan pasar modern dan pasar tradisionalKegiatan ekonomi di IndonesiaKabinet pada masa demokrasi liberalMasalah Dari Negara BerkembangStandar hidup pada negara berkembang dapat dikatakan rata-rata bahkan standar hidup di negara berkembang berada dibawah rata-rata. Adapun standar hidup yang rendah tentunya ditimbulkan karena masalah yang ada pada negara tersebut. Masalah yang menjadi pemicu standa hidup di negara berkembang rendah biasanya merupakan masalah pereknomian. Berikut ini masalah yang ada pada negara berkembang beserta penjelasannya1. Standar Hidup yang Rendah Menyebabkan KemiskinanStandar hidup yang rendah pada akhirnya akan menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan merupakan suatu perwujudan keadaan yang mengalami standar hidup yang rendah. Tentunya setiap negara memiliki batasan kemiskinan yang berbeda dibandingkan dengan negara lain. Indonesia merupakan salahs atu negara berkembang oleh karena itu tak heran jika beberapa wilayah di Indonesia mengalami kemiskinan. Akan tetapi pemerintah Indonesia tidak hanya diam, pemerintah memberikan perhatian dalam menanggulangi kemiskinan. Baca juga perbedaan sosialisasi primer dan sekunder2. Tingkat Pengangguran TinggiMasalah kedua yang dihadapi oleh negara berkembang yaitu adanya keterbatasan pekerjaan. Adanya keterbatasan lapangan kerjaan menimpulkan tingginya nilai pengangguran di negara berkembang. Pengangguran terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah pekerja yang ada. Kurangnya lapangan pekerjaan disebabkan negara berkembang sedang melakukan sebuah pembangunan untuk menjadi negara industri. Dengan menjadi negara industri maka diharapkan akan tercipta banyak lapangan pekerjaan. Selain itu penyebab terjadinya pengangguran yaitu tinggi laju pertumbuhan penduduk di negara berkembang dibandingkan dengan daya tampung perekonomian. Baca juga dampak kepadatan penduduk 3. Adanya KetidakmerataanPada masalah negara berkembang terjadi ketidakmerataan pendapatan merupakan sebuah masalah besar. Infrastruktur yang kurang siap menyebabkan terjadinya ketidakmerataan pada suatu hasil pembangunan. Contohnya Indonesia, perekonomian yang ada di Indonesia hanya berfokus pada kota-kota besar sehingga daerah-daerah terpencil kurang terperhatikan. Perekonomian yang berfokus hanya pada kota-kota besar ini menyebabkan hanya kota-kota besar yang nantinya akan merasakan hasil pembangunan yang layak. Indonesia saat ini telah melakukan perubahan sistem pada perundang-undangan untuk memperbaiki sistem perekonomian yang ada. Selain itu mulai diberlakukan undang-undang otonomi daerah untuk mengurangi ketidakmerataan yang terjadi antara di kota-kota besar dan di daerah-daerah terpencil. Baca juga faktor pendorong urbanisasi 4. Kekurangan ModalSponsors LinkSuatu negara berkembang dalam menjalani proses pembangunan ekonomi mempunyai masalah adanya kekurangan modal. Adanya kekurangan modal meyebabkan proses pembangunan akan terhambat, selain itu akan menyebabkan kemiskinan pada suatu negara. Tingkat tabungan dan tingkan pembentukan modal yang tinggi merupakan sebuah kesulitan yang dirasakan negara berkembang. Salah satu upada untuk mengatasi kekurangan modal dengan menarik berbagai invistor baik dalam negeri ataupun dari luar negeri. Baca juga macam-macam kelompok sosial5. Sumber Daya Manusia Tidak MemadaiMasalah negara bekembang yaitu sumber daya manusia yang tidak memadai. Rendahnya sutau tingkat produktivitas tenaga kerja di dunia disebabkan karena kurangnya faktor pelengkap yaitu modal dan keterampilan sumber daya manusia. Hal ini akan menyebabkan tanah dan tenaga kerja tidak akan memiliki produktivitas yang juga Pengertian perubahan kebudayaamManfaat perdagangan internasionalManfaat kegiatan ekspor dan imporMacam-macam kebutuhan manusia6. Ketergantungan yang besarKondisi ekonomi negara berkembang yang rendah sangat dipengaruhi oleh keberadaan negara maju yang ada di sekitar negara berkembang tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya permintaan domestik mengenai pasar ekspor. Adanya ketergantungan pada negara maju terjadi pada bidang industri, karena negara berkembang masih membutuhkan bantuan pada bidang industri. Selain itu negara maju yang sangat membutuhkan negara berkembang untuk memasok bahan dasar kepada perindustrian negara maju. Baca juga bentuk-bentuk konflik sosial7. Tingkat Pertumbuhan Relatif Pendapatan NasionalMasalah lain yang timbul pada negara berkembang yaitu tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Tingkat pertumbuhan pendapatan nasiona di negara berkembang lebih rendah dari pada negara maju. Negara ketiga pada umumnya mengalami kesenjangan pendapatan antara negara kaya ataupun negara miskin. Kesenjangan tejadi dengan sangat cepat dan melebar. Baca juga faktor pendorong mobilitasi sosial8. Fasilitas Pendidikan Tidak MemadaiSalah satu masalah negara berkembang yang menjadi prioritas utama yaitu pada bidang pendidikan. Sarana dan prasana merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam dunia pendidikan. Namun nyatanya, di negara berkembang anggaran dari pemerintah untuk fasilitas pada sekolah-sekolah masih belum sepenuhnya terpenuhi. Selain itu di negara berkembang tingkat persentase huruf masih tinggi yaitu mencapai 55 persen, hal itu sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara maju. Negara maju mempunyai persentase 36 persen untu buta warna. Selain itu materi pendidikan di negara berkembang yang diberikan kepada anak-anak cenderung kurang berhubungan dengan kebutuhan pembangunan Tingginya Laju PendudukTingginya laju pertumbuhan penduduk di negara berkembang jauh lebih tinggi 2 bahkan hingga 4 kali dibandingkan laju pertumbuhan pada negara-negara maju. 75% manusia di dunia menempati di negara berkembang, maka tak heran jika laju penduduk di negara berkembang sanga tinggi. Dengan tingginya laju penduduk maka akan berpengaruh pada banyak hal seperti kesempatan kerja, layanan pendidika, kesehatan, Kesehatan Masalah lain pada negara berkembang yaitu pada bidang kesehatan. Banyak penduduk pada negara berkembang mengalami kekurangan gizi. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi yang tidak baik. Pendapat umum mengatakan bahwa terjadinya kekurangan gizi terjadi karena terbatasnya produksi suatu bahan pangan di dunia, namun pada negara berkembang kekurangan gizi terjadi karena adanya ketimpangan dalam penyaluran bahan pangan di dunia. Adanya kekurangan gizi yang terjadi di negara berkembang disebabkan karena faktor kemiskinan bukan karena susahnya mendapatkan makanan. Baca juga fungsi bahasa daerah11. Produktivitas yang RendahProduktivitas suatu negara biasanya dipengaruhi oleh pemanfaatan teknologi dan juga ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan maka dapat menghasilkan tenaga kerja yang terampil. Pada negara berkembang pemanfaatan teknologi dan ilmu pengetahuan masih sangat rendah sehingga menyebabkan negara berkembang memiliki produktivitas yang rendah. Selain itu produktivitas suatu negara dapat dilihat dari pendapatan perkapita. Hal ini mempunyai kaitan dengan tingkat kehidupan dan juga kesempatan kerja. Di negara berkembang sering mendengar istilah lingkaran setan yang susah untuk diputus, maksud dari istilah tersebut yaitu dengan pendapatan yang rendah maka nantinya akan berpengaruh pada tabungan dan juga investasi yang rendah. Baca juga ciri-ciri manusia sebagai makhluk ekonomi 12. Ketergantungan pada Sektor Pertanian PrimerMasalah lain pada negara berkembang yaitu adanya ketergantungan pada sektor pertanian dan juga sektor pertambangan. Ada beberapa negara berkembang yang hanya bergantung pada sektor pertanian saja untuk perekenomian negara tersebut. Pereknomian yang hanya bergantung pada satu sektor disebut Ketergantungan pada Hubungan InternasionalSeperti yang kita ketahui bahwa ekonomi pada negara berkembang sangat rendag. Kondisi ekonomi negara berkembang sangat dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi negara maju. Hal ini terjadi karena lemahnya permintaan domestik dan lebih mengandalkan pasar ekspor. Barang-barang yang diekspor merupakan barang-barang primier, adanya ketergantungan pada negara maju terjadi pada sektor Pasar yang tidak sempurnaSponsors LinkAdanya pasar pada negara berkembang tidak menyediakan informasi yang lengkap. Struktur yang ada pada pasar umumnya tidak sempurna. Adanya ketidak sempurnaan pada pasar dan informasi tentunya akan merugikan warga. Beberapa informasi pasar hanya diterima oleh warga dan para pengusaha dapat dengan mudahnya mendapatkan informasi mengenai informasi juga Pengertian mediasiPrinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alamPengertian masyarakat multikultural15. Infrastruktur Negara berkembang pada umumnya memiliki wilayah yang luas jika dibandingkan dengan negara maju. Tentunya dengan memiliki wilayah yang luas, infrastruktur harus berkembang dengan pesat. Namun karena adanya keterbatasan ekonomi pada negara berkembang membuat infrastruktur pada negara berkembang tidak berjalan sebagaimana mestinya dan bahkan ada beberapa infrastruktur yang belum Hukum Masalah lain pada negara berkembang yaitu pada bidang hukum. Penduduk yang ada pada negara berkembang banyak yang tidak mempunyai kesadaran akan pentingnya hukum yang ada pada negaranya. Tidak hanya penduduk, bahkan para staf pemerintahanpun masih sangat banyak yang tidak menerapkan hukum yang ada. Tidak heran banyak koruptor di negara berkembang. Orang yang mengetahui seluk beluk hukum sering kali menggunakan hukum untuk keuntungannya Tingkat ProduksiTingkat produksi pada negara berkembang masih sangat rendah. Tingkat produksi yang rendah diakibatkan karena kualitas sumber daya manusia yang kurang memadai, selain itu karena kurangnya inovasi pada warga di negara berkembang. Negara berkembang pada umumnya masih menggunakan tenaga manusia pada bidang industri sehingga menyebabkan hasil yang dihasilkan sangat sedikit jika dibandingkan dengan negara maju yang telah menggunakan mesin pada bidang Distribusti Pendapatan NasionalDistribusi pendapatan nasional masih tidak merata. Adanya kesenjangan pendapatan perkapita antara negara kaya dan negara miskin bukan merupakan wujud dari adanya perbedaan ekonomi. Tingkat pendapatan setiap negara tidak sama, akan tetapi terjadi ketimpangan pada negara-negara berkembang yang jauh lebih parah dari pada negara maju. Baca juga pengertian piramida pendudukSolusi dari beberapa yang sudah dilakukan oleh pemerintah agar membangun negara berkembang bisa menjadi negara maju sebagai berikutBerbagai cara telah pemerintah coba untuk dapat menurunkan kemiskinan yang ada di Indonesia, misalkan subsidi silangNegara maju sangat membutuhkan negara berkembang untuk membantu memasok bahan dasar yang berasal dari negara melakukan tabungan dan investasi pada negara berkembang yang rendah maka akan menyebabkan produktivitas yang itulah masalah-masalah yang ada pada negara berkembang. Kita sebagai warga Indonesia yang termasuk negara berkembang haruslah memulai tindakan untuk menuju perubahan agar Indonesia menjadi negara maju. Sekian pembahasan mengenai materi kali ini, semangat dan sukses selalu.
1 Warga negara penuh adalah keturunan dari penduduk yang tinggal di Myanmar sebelum 1823 atau lahir dari orang tua yang adalah "warga negara" pada saat kelahiran; 2. Warga asosiasi adalah mereka yang memperoleh kewarganegaraan melalui Union Citizenship Law 1948; 3. Warga naturalisasi mengacu kepada orang-orang yang tinggal di
Ada dua hambatan, internal dan eksternal yang menghambat Indonesia menjadi negara maju. Pertama, kalau hambatan internal dimulai dari stabilitas politik dan ekonomi, karakteristik dasar warganya, sampai ke political will pemerintahannya. Contoh RRT Republik Rakyat Tiongkok. Negara ini berhasil melakukan transformasi dari negara sedang berkembang menjadi negara maju dengan mengejar ketertinggalannya di bidang industri dan teknologinya sehingga dapat sejajar dengan negara-negara maju lainnya di sendiri sebenarnya sudah memiliki seperangkat aturan transfer of knowledge di industri penanaman modal asing, namun pemerintahnya tak berani menekan investor asing untuk mentransfer keahlian dan kemampuan teknologinya kepada Indonesia. Sehingga nanti kita mampu menciptakan industri domestiknya sendiri berdasarkan copy paste dari investor asing itu. Seperti pengalaman RRT di sekalipun Indonesia dikenal sebagai salah satu negara relokasi pabrikan otomotif Jepang dan industri-industri lainnya sejak 1970-an sampai sekarang selain Thailand atau negara lainnya di Asia, namun tak bisa mencontek’ pengalaman RRT yang berani memaksa perusahaan AS mengajarkan kemampuan profesional membuat mobil—misalnya—kepada RRT bisa membuat truk pertamanya, Faw pada dekade 1980-an, atau mengembangkan konsep mobil Wuling-nya—yang sekarang sudah beredar di Indonesia—dari hasil kerja sama dan kewajiban transfer teknologi Chevrolet. Disusul berbagai hasil industri dan teknologi lain-lainnya, mulai dari alat-alat berat sampai ke aneka jenis mesin industri. Semua hal ini menjadi basis pengembangan IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi domestik mereka sendiri. Sehingga saat ini kita kenal produk orisinal RRT seperti Huawei, Xiaomi, Oppo, Vivo, Zoomlion, Liugong, dll. disamping produk-produk negara maju heran apabila RRT berhasil menyulap’ negaranya yang dulunya berasal dari kelompok Negara Dunia Ketiga, sekarang sudah berpindah masuk ke grup G-7. Menjadi negara peringkat ke-2 termaju ekonominya di bawah AS dengan menyisihkan Jepang dan Jerman yang turun ke peringkat-peringkat melakukan riset dan penelitian sendiri dalam IPTEK, akan memakan waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Selain harus menebus patent right berbagai keahlian. Namun dengan mengambil alih perusahaan-perusahaan kecil di AS, RRT memintas jalan dan langsung memperoleh kemampuan itu secara hal ini diketahui Presiden Donald Trump yang merasa kecolongan dan kaget melihat kemajuan RRT yang sespektakuler ini. Sehingga dianggap dapat mengancam hegemoni AS sebagai satu-satunya negara adidaya setelah US koleps dan pecah menjadi 15 negara merdeka yang tak sekuat negara induknya dahulu. Seperti Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirgizstan, Latvia, Lituania, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan juga melarang penjualan sekitar 26 ribu perusahaan kecil AS yang mau diambil alih RRT, dengan alasan rahasia negara atau alasan lainnya. Disamping itu ia mengancam agar perusahaan-perusahaan AS tak lagi merelokasi pabriknya ke lagi penghambat dari sisi internal yang kurang banyak disadari orang, yakni komprador. Komprador merupakan istilah bagi warga negara dan tokoh politik negara bersangkutan yang justru menjadi kaki tangan negara lain untuk menghalangi agar negaranya itu tidak berkembang menjadi negara ini merupakan agen-agen politik yang beroperasi di parlemen, dinas-dinas pemerintahan, media, dan berbagai organisasi domestik yang akan menghalangi kemajuan negaranya. Dari negara sedang berkembang menjadi negara maju. Jadi kunci pelemahan ini justru terletak dalam tubuh orang dalam negara kita sendiri. Bukan orang yang berasal dari luar di Indonesia mungkin salah satu hambatan internalnya negara kita maju atau menjadi arus bawah penentang kemajuan jaman masa kini di sini adalah pandangan ekstrem/radikal tradisional keagamaan yang sering bertentangan dengan perkembangan jaman anakhronisme. Juga sifat dan karakteristik orang Indonesia yang konon tak seproduktif penduduk negara-negara maju. Mereka semua mau hidup makmur, tetapi semangat kerja dan fighting spirit-nya rendah. Saya kira inilah tantangan besar yang dihadapi pemerintahan siapapun di sini, kalau mau memperbaiki kualitas dan tingkat produktivitas rakyat hambatan dari sisi eksternal, adalah bagaimana tatanan dunia yang sekarang memberikan celah kesempatan kepada negara tersebut untuk berkembang menjadi negara maju. Contoh Jepang, Taiwan, Korea diduga, Jepang takkan mendapat kondisi kondusif seperti ini, kalau saat itu 1950–1970-an tak terjadi perang dingin antara kubu AS versus kubu Uni Soviet US. Hal ini sebagai refleksi persaingan persebaran antara paham ideologi Kapitalisme/Neolibs melawan Komunisme di dengan kemajuan IPTEK dan berubah majunya negara seperti Korea Selatan dan Taiwan. Korea Selatan dalam rangka berhadapan dengan Korea Utara yang terus mengembangkan alutsista canggihnya sehingga dapat mengancam tetangganya di Korea dulu asalnya adalah satu negara. Terpecah karena paham ideologi dari negara yang menduduki wilayah negerinya pasca-Perang Dunia II. AS di Selatan, US di Utara bersama RRT. Sedangkan Taiwan diberi kesempatan berkembang, karena negara ini harus menghadapi ancaman yang terus menerus dari Cina Daratan, yakni dulu ada elaborasi politik, kalau AS harus membangun kapal induk super yang tak bisa tenggelam di Asia, yakni dengan membuat Jepang menjadi negara makmur. Dengan demikian komunisme takkan mampu menaklukkan Jepang. Ini jawaban ketakutan AS terhadap aplikasi teori domino di Asia dahulu. Apalagi setelah AS kerepotan membendung ekspansi komunis di Asia Tenggara setelah jatuhnya Vietnam Selatan, Kamboja, dan Laos ke tangan pun dulu dibiarkan’ AS menganeksasi Timtim karena alasan hal ini. Membendung perluasan pengaruh komunisme yang berasal dari Portugas yang waktu itu dikuasai golongan kiri. Terbukti juga rejim militer Indonesia dianggap berjasa besar dalam membendung perluasan pengaruh komunisme di Indonesia dan Asia Tenggara pada juga menjadi tantangan besar lainnya, agar suatu negara mampu berswa-sembada dan mandiri dalam mengembangkan industri dalam negerinya. Karena banyak restriksi yang diterapkan AS atau negara maju lainnya agar negara berkembang tak bisa mudah maju menyaingi negaranya. Contohnya India yang merupakan salah sedikit negara yang walaupun memiliki tantangan tersendiri dan tak mendapat kesempatan seperti Jepang, Korea, atau Taiwan, namun bisa juga membangun sektor industri dan teknologinya secara mandiri. Mungkin karena India meminta bantuan dan kerja sama dengan US ketika itu. Jadi ada juga alasan politis di negara di anak benua India ini sedang menghadapi problem kemiskinan yang luas di kalangan rakyatnya berpenduduk lebih dari 1,2 miliar penduduk—namun negeri Bollywood ini mampu mengembangkan dasar-dasar IPTEK-nya sendiri. Tantangan negaranya sendiri sudah besar di bidang pengendalian jumlah penduduk. Karena 2/3 jumlah penduduknya terlilit kemiskinan. Sementara sekitar 5 persen rakyatnya baru menduduki strata kelas menengah. Belum lagi politik kasta yang menghalangi rakyat India terkecuali kasta Brahmana dan Kesatria-nya untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan jenis hambatan internal dan eksternal inilah yang menjadi penghambat perubahan atau transformasi dari suatu negara sedang berkembang menjadi negara yang maju. Views 5,708
A Latar Belakang Masalah. Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.
42TbJI. l5b86nk2i0.pages.dev/241l5b86nk2i0.pages.dev/423l5b86nk2i0.pages.dev/301l5b86nk2i0.pages.dev/78l5b86nk2i0.pages.dev/190l5b86nk2i0.pages.dev/49l5b86nk2i0.pages.dev/400l5b86nk2i0.pages.dev/329
masalah negara yang menjadi akar permasalahan negara lainnya adalah